PENGANTAR
Belakangan ini di negeri kita
dimarakkan oleh suatu aliran keagamaan yang menamakan dirinya Maitreya, yang
dalam Bahasa Mandarin disebut dengan Yi Guan Dao (baca I Kwan Tao). Sesungguhnya sebagai seorang Buddhis kita dapat
menghormati agama dan aliran apapun, sebagaimana yang diajarkan Sang Buddha
dalam UPALI SUTTA, namun yang menjadi masalah aliran ini telah mendompleng nama
Buddhisme dalam penyebarannya
Dalam makalah kali ini kita akan
membahas benarkah aliran Maitreya dapat digolongkan pada Buddhisme dan apabila
tidak apakah alasannya. Mengingat perkembangan aliran ini yang demikian
pesatnya. Berdasarkan pengalaman penulis semasa masih tinggal di Jakarta, pada
hampir tiap- tiap perumahan terdapat cetiya (mereka menyebutnya dengan istilah
Mandarin: Fo Tang [baca: Foo Dang])
aliran tersebut.
Selain itu kita juga akan membahas
gerakan-gerakan keagamaan yang serupa dengan Maitreya pada sepanjang sejarah
Tiongkok untuk menarik keterkaitannya dengan Aliran Maitreya.
Makalah ini juga tidak dimaksudkan untuk menjelek-jelekkan ataupun menghina aliran Maitreya, melainkan untuk mendudukkan permasalahan pada proporsinya yang benar. Bagi rekan-rekan Buddhis diharapkan agar mendapatkan pengertian yang benar mengenai apa itu sesungguhnya Aliran Maitreya tersebut.
Makalah ini juga tidak dimaksudkan untuk menjelek-jelekkan ataupun menghina aliran Maitreya, melainkan untuk mendudukkan permasalahan pada proporsinya yang benar. Bagi rekan-rekan Buddhis diharapkan agar mendapatkan pengertian yang benar mengenai apa itu sesungguhnya Aliran Maitreya tersebut.
A. SEJARAH.
1.
Ciri Khas
Umum Aliran-Aliran Sesat dalam Sejarah Tiongkok
Negeri Tiongkok merupakan tempat
yang subur bagi perkembangan berbagai aliran bidaah atau menyimpang, baik yang
berakar dari Taoisme maupun Buddhisme. Sebelum kita menganalisanya satu
persatu, maka baiklah kita menarik terlebih dahulu ciri-ciri umum aliran-aliran
tersebut :
·
Berawal
dari gerakan pemberontakan untuk menggulingkan suatu dinasti atau pemerintah
yang saat itu sedang berkuasa
·
Para
pemimpinnya mengaku titisan dewa tertentu (bagi yang berlatar belakang Taoisme)
dan titisan Bodhisattva tertentu (bagi yang berlatar belakang Buddhis). Dalam
propagandanya mereka mengatakan bahwa dinasti yang sedang berkuasa telah
terlalu bobrok dan mereka telah menerima mandat surgawi untuk berkuasa
menggantikan pemerintahan yang lalim pada saat itu
·
Bagi
aliran sempalan yang berlatar belakang Buddhis, Bodhisattva yang banyak dipilih
adalah Maitreya. Jadi banyak pemimpin sekte atau pemberontakan yang berasal
dari kalangan Buddhis mengaku bahwa diri mereka adalah penjelmaan Maitreya.
·
Pemberontakan
diawali dengan membentuk suatu sekte rahasia untuk mengumpulkan para pengikut.
Agar menarik minat rakyat jelata maka kadang-kadang dibumbui dengan mistik.
Para anggota disumpah dengan ritual khusus, yang juga timbul saat ketidak
puasan merajalela di kalangan rakyat.
Baik marilah kita mulai membahas sejarah aliran-aliran sesat di Tiongkok mulai dari jaman yang paling awal hingga pada timbulnya aliran Teratai Putih (Bai Lian, baca: Pai Lien) yang merupakan cikal bakal Yi Guan Dao
Baik marilah kita mulai membahas sejarah aliran-aliran sesat di Tiongkok mulai dari jaman yang paling awal hingga pada timbulnya aliran Teratai Putih (Bai Lian, baca: Pai Lien) yang merupakan cikal bakal Yi Guan Dao
2. Sejarah
Aliran-Aliran Sesat dalam Sejarah Tiongkok
a. Dinasti Han (202 SM ? 221M)
Marilah kita kembali pada masa
akhir Dinasti Han pada abad ketiga Masehi. Pada saat itu kekuasaan Kaum Kasim
menjadi semakin besar, sehingga kaisar hanya menjadi boneka mereka saja. Mereka
sangat lalim dan korup sehingga Dinasti Han menjadi lemah. Ketidakpuasan
merebak di kalangan rakyat, di mana hal tersebut berpuncak pada Pemberontakan
Topi Kuning (Huang Qin) pada tahun 184 M
- Yang dipimpin oleh tiga bersaudara bermarga Zhang. Pemimpin utamanya bernama Zhang Yue (Thio Kak dalam lafal Hokkian)
- Zhang Yue merupakan seorang mahasiswa ilmu ketabiban yang gagal, namun ia memiliki kemampuan mengobati orang. Banyak rakyat yang disembuhkan olehnya dari berbagai penyakit sehingga mereka kemudian tertarik untuk menjadi pengikutnya. Legenda mengatakan bahwa kemampuan pengobatan tersebut diperolahnya dari seorang dewa bernama Nan Hua Lao Shen (Hokkian: Lam Hoa Lo Sian) atau dewa tua dari pegunungan Lam Hoa yang memberikannya sejilid kitab ilmu pengobatan. Di depan massa pengikutnya Zhang Yue berpidato bahwa pamor kerajaan Han telah pudar dan ia telah ditakdirkan untuk menggantikannya, oleh sebab itu ia mewajibkan para pengikutnya untuk mengenakan topi atau penutup kepala berwarna kuning, yang melambangkan keunggulan gerakannya dari Dinasti Han
- Ia juga membagi-bagikan jimat (hu) pada para pengikutnya agar mereka menang perang. Mereka kemudian bergerak ke ibu kota dan berhasil menimbulkan kepanikan dan kerusakan besar pada Dinasti Han, namun akhirnya pemberontakan ini berhasil ditumpas.
b. Dinasti Sui (589-618)
Pada bulan Januari 610 AD,
sejumlah orang berpakaian warna putih dengan rambut diikat pita putih dan
tangan memegang kemenyan yang membara serta bunga-bunga, mengumumkan datangnya
Maitreya Buddha ke dunia ini dengan mengadakan prosesi menuju kota Chian Kuok
dan pada saat mereka hendak memasuki pintu Chian Kuok, pengawal di pintu
menyambut kedatangan mereka dengan berlutut dan mempersilahkan mereka masuk.
Tetapi ketika mereka sedang berlutut, orang-orang saleh palsu (bandit-bandit) itu merampok senjata-senjata mereka dan ketika tindakan ini hampir mengakibatkan kerusuhan, bantuanpun datang untuk menaklukkan bandit-bandit tersebut. Orang-orang yang terlibat dalam pemberontakan ditangkap. Jumlah yang tertangkap mencapai kira-kira seribu keluarga.
Tiga tahun kemudian pada bulan Desember 613 AD, seorang yang bernama Siang Hai Ming menyatakan dirinya sebagai reinkarnasi Maitreya Buddha, mengumpulkan penganut-penganut dan melancarkan pemberontakan dan mengangkat dirinya sebagai raja, dan pada akhirnya membangun satu kerajaan di Pei Wu. Setelah beberapa saat, Raja dari Dinasti Sui mengirimkan pasukan untuk menaklukkan dia
Tetapi ketika mereka sedang berlutut, orang-orang saleh palsu (bandit-bandit) itu merampok senjata-senjata mereka dan ketika tindakan ini hampir mengakibatkan kerusuhan, bantuanpun datang untuk menaklukkan bandit-bandit tersebut. Orang-orang yang terlibat dalam pemberontakan ditangkap. Jumlah yang tertangkap mencapai kira-kira seribu keluarga.
Tiga tahun kemudian pada bulan Desember 613 AD, seorang yang bernama Siang Hai Ming menyatakan dirinya sebagai reinkarnasi Maitreya Buddha, mengumpulkan penganut-penganut dan melancarkan pemberontakan dan mengangkat dirinya sebagai raja, dan pada akhirnya membangun satu kerajaan di Pei Wu. Setelah beberapa saat, Raja dari Dinasti Sui mengirimkan pasukan untuk menaklukkan dia
c. Dinasti Tang (618-906)
Pada zaman Dinasti Tang, ada lagi
seorang saleh palsu yang bernama Wang
Hwai Koo mengumumkan suatu berita
yang keliru yakni Sakyamuni Buddha telah mengundurkan diri dan telah digantikan
oleh Maitreya Buddha, dan bahwa keluarga Li akan runtuh sedangkan keluarga
Yang akan bangkit lagi. Li adalah marga dari Raja pertama Dinasti Tang dan Yang
adalah marga dari Raja pertama Dinasti Sui. Pemerintah mendengar kabar itu
segera mengirimkan pasukan untuk bertempur dengan kelompok Wang Hwai Koo. Wang
Hwai Koo dan pengikut-pengikutnya ditangkap dan dihukum mati
Tokoh lain
pada masa Dinasti Tang yang juga mengaku sebagai penjelmaan Maitreya adalah Ibu Suri Wu Zetian (Hokkian: Bu Cek Tian). Ia memerintah dari tahun
690-705. Setelah suaminya Kaisar Gao Zong (649-683) wafat, ibu suri Wu
perlahan-lahan berusaha untuk meraih kekuasaan, hingga akhirnya berhasil
menumbangkan Dinasti Tang untuk sementara waktu dan menjadi kaisar. Ratu Wu
sebagai alat propaganda kemudian memanfaatkan Agama Buddha dan Tao agar rakyat
menganggapnya sebagai makhluk suci (padahal Ratu Wu sangat kejam karena telah
menyiksa sampai mati para selir suaminya terdahulu)
Dari Kalangan Tao ia menerima gelar "Ibu
para Dewa" (Bahasa Inggris: Sage Mother) atau Lao Mu dan dipuja pada
kuil-kuil Taois. Untuk meraih simpati Umat Buddha dikaranglah pada saat itu
suatu Sutta palsu yang berjudul Sutta Awan Agung (Great Cloud Sutta) yang
isinya seolah-olah Buddha Sakyamuni telah menubuatkan bahwa Maitreya atau Buddha
yang akan datang akan terlahir sebagai wanita, yang di bawah pemerintahannya
"Panen akan berlimah, kebahagiaan akan menjadi tak terhingga. Rakyat akan
berjaya, terbebas dari penderitaan dan penyakit. Para penguasa dari
negara-negara tetangga akan berdatangan dan menawarkan diri untuk menjadi
taklukan." Vihara - vihara yang disponsori negara bersama-sama
mempermaklumkan ajaran baru ini dan menggelarinya "Maitreya yang tanpa
cela". Wu kemudian memerintahkan dipahatnya patung Maitreya raksasa di
Longmen yang wujudnya mirip dirinya.
d. Dinasti Sung (960-1279)
Pada masa pemerintahan Kaisar Ren
Zong (1022-1063), bulan November 1047, pemimpin dari Aliran Maitreya Wang Tzeh merencanakan suatu
pemberontakan. Pada mulanya dia adalah seorang gembala kemudian dia
mendaftarkan diri menjadi tentara. Sementara itu buku ajaran-ajaran sesat telah
beredar ke-mana-mana. Buku tersebut
memuat pernyataan jahat yang sama yaitu "Sakyamuni Buddha telah
mengundurkan diri dan Maitreya Buddha yang bertanggung jawab atas urusan
manusia di dunia. Mereka mengeluarkan slogan bahwa Zaman Putih "istilah
Bahasa Cina adalah Pai Yang" telah tiba.
Ketika Wang Tzeh menjadi walikota,
penganut-penganutnya mengangkat dia sebagai pemimpin mereka dan kemudian
melancarkan pemberontakan di propinsi Pei. Wang Tzeh memproklamirkan dirinya
sendiri sebagai Raja Pada tahun baru di bulan Pebruari 1048, pasukan-pasukan
raja menyelinap ke dalam kota melalui terowongan. Wang Tzeh ditangkap dan
dihukum mati.
e. Dinasti Yuan (Mongol) (1279-1368)
e. Dinasti Yuan (Mongol) (1279-1368)
Orang-orang kerajaan Mongol menghormati
segala agama : Buddha, Kristen, Islam dan
Taoisme. Tetapi melarang Aliran Maitreya. Di antara agama yang disebut di
atas, agama Buddhalah yang mendapatkan penghargaan tertinggi, khususnya oleh
keluarga raja, sehingga agama Buddha mendapat fasilitas khusus dan juga
mendapatkan fasilitas bebas pajak. Oleh karena itu, penganut-penganut Maitreya
merembes ke perkumpulan Bai Lian
yang dibentuk oleh Master Hwei Yen.
Pengembangan utama bagi sekte ini dititik beratkan pada pembacaan nama Amitabha
Buddha. Setelah 5 tahun berada di perkumpulan Bai Lian, nama Maitreya menjadi
Perkumpulan Bai Lian (sesuai dengan nama organisasi yang mereka nyusupi).
Mereka menjalin hubungan baik dengan pegawai-pegawai pemerintah dan juga orang-orang berpengaruh di masyarakat. Selain itu, mereka juga ber-pura-pura melakukan kegiatan sosial. Dengan cara demikian, secara bertahap mereka menjadi sah dalam hukum pemerintahan, tetapi pengesahan tersebut bertahan hanya 9 tahun. Ketika Raja Shidebala (Ying Zong) naik tahta pada tahun 1321, beliau melarang aliran itu. Pada saat itu, situasi politik sedang memburuk dan Aliran Maitreya mengambil keuntungan dari situasi tersebut untuk menyebarkan ajaran yang menyimpang.
Hampir tiga tahun kemudian (1323), Raja Ying Zong dibunuh. Dua puluh delapan tahun setelah beliau wafat atau pada masa pemerintahan Raja Toghon Temur (Shun Di ? memerintah 1333-1368) yakni pada bulan Mei 1351, penganut-penganut Bai Lian, dengan Liew Foo Thong sebagai dalang utama dan Han San Thong sebagai pemimpin, merencanakan untuk memberontak melawan Dinasti Yuan dan memproklamirkan dirinya sebagai King Ming. Ciri-ciri tentara mereka adalah membakar kemenyan dan pengikut-pengikutnya mengikat kepala mereka dengan syal merah. Karena itulah pemberontakan ini dalam sejarah dinamakan Pemberontakan Ikat Kepala Merah (Red Turban). Tetapi rencana pemberontakan tersebut bocor, Han San Thong tertangkap dan dihukum mati. Istri dan anak lelakinya, Han Lin Er meloloskan diri. Pengikut-pengikut yang melarikan diri dikumpulkan oleh Liew Foo Thong untuk membentuk suatu tentara yang berjumlah ratusan ribu orang. Tentara tersebut menyerbu dan menaklukkan propinsi Ing Chuan.
Pada bulan Februari 1355, Liew Foo Thong memproklamirkan Han Lin Er sebagai Raja Ming kecil.
Pada bulan Januari 1352, seorang penganut Bai Lian yang kaya, Kuo Tze Hsing, juga mengumpulkan penganut-penganut untuk bekerja sama dengan Han Lin Er. Kuo menyatakan dirinya sebagai Jenderal. Pada tanggal 26 Februari, tentaranya menaklukkan propinsi Hau Chou.
Pada bulan Maret tahun yang sama, Zhu Yuanzhang (Hokkian: Cu Goan Ciang) bergabung dengan mereka sebagai bawahannya. Zhu telah menjadi rahib sejak kecil. Dia meninggalkan Sangha untuk menjadi seorang awam karena kuti di mana dia tinggal telah dibakar. Zhu mempunyai penampilan yang tampan dan tubuhnya tegap. Selain itu, dia selalu menang dalam peperangan. Kuo Tze Hsing begitu terkesan sehingga dia mengangkat Zhu sebagai menantu laki-laki.
Tiga tahun kemudian, Kuo meninggal dan putranya Kuo Thien Shih menjadi pemimpin. Han Lin Er mengangkat anak Kuo sebagai panglima, Chang Thien Yew dan Zhu sebagai Jenderal pertama dan kedua. Enam bulan kemudian, Kuo Thien Shih dan Chang Thien Yew dibunuh. Akibatnya semua tentara berada di bawah perintah Zhu Yuanzhang.
Pada bulan Februari 1363, Liew Foo Thong dibunuh dan Han Lin Er dengan cepat mengirim berita kepada Zhu untuk meminta bantuan segera. Bantuan diberikan segera dan Han Lin Er diselamatkan. Sejak itu Han Lin Er menjadi boneka Zhu Yuan zhang. Pada bulan Desember 1366, atas nama untuk menyambut kedatangan Han Lin Er ke selatan, Zhu mengirim satu kapal untuk menjemput Lin Er. Dalam perjalanan, Zhu memerintahkan orang membalikkan kapal tersebut dan Lin Er tenggelam, tentu saja Zhu Yuanzhang menjadi pengganti.
Supaya bisa menghibur mereka, Zhu pada tanggal 4 Januari 1368 mengumumkan "Ming" sebagai nama rezimnya. Dengan demikian, dia menjadi Raja pertama Dinasti Ming. Inilah untuk pertama kalinya suatu pemberontakan sekte rahasia berhasil mengangkat pemimpinya menjadi kaisar. Zhu lalu bergelar Hong wu dan memerintah dari tahun 1368-1398.
f. Dinasti Ming (1368-1644)
Mereka menjalin hubungan baik dengan pegawai-pegawai pemerintah dan juga orang-orang berpengaruh di masyarakat. Selain itu, mereka juga ber-pura-pura melakukan kegiatan sosial. Dengan cara demikian, secara bertahap mereka menjadi sah dalam hukum pemerintahan, tetapi pengesahan tersebut bertahan hanya 9 tahun. Ketika Raja Shidebala (Ying Zong) naik tahta pada tahun 1321, beliau melarang aliran itu. Pada saat itu, situasi politik sedang memburuk dan Aliran Maitreya mengambil keuntungan dari situasi tersebut untuk menyebarkan ajaran yang menyimpang.
Hampir tiga tahun kemudian (1323), Raja Ying Zong dibunuh. Dua puluh delapan tahun setelah beliau wafat atau pada masa pemerintahan Raja Toghon Temur (Shun Di ? memerintah 1333-1368) yakni pada bulan Mei 1351, penganut-penganut Bai Lian, dengan Liew Foo Thong sebagai dalang utama dan Han San Thong sebagai pemimpin, merencanakan untuk memberontak melawan Dinasti Yuan dan memproklamirkan dirinya sebagai King Ming. Ciri-ciri tentara mereka adalah membakar kemenyan dan pengikut-pengikutnya mengikat kepala mereka dengan syal merah. Karena itulah pemberontakan ini dalam sejarah dinamakan Pemberontakan Ikat Kepala Merah (Red Turban). Tetapi rencana pemberontakan tersebut bocor, Han San Thong tertangkap dan dihukum mati. Istri dan anak lelakinya, Han Lin Er meloloskan diri. Pengikut-pengikut yang melarikan diri dikumpulkan oleh Liew Foo Thong untuk membentuk suatu tentara yang berjumlah ratusan ribu orang. Tentara tersebut menyerbu dan menaklukkan propinsi Ing Chuan.
Pada bulan Februari 1355, Liew Foo Thong memproklamirkan Han Lin Er sebagai Raja Ming kecil.
Pada bulan Januari 1352, seorang penganut Bai Lian yang kaya, Kuo Tze Hsing, juga mengumpulkan penganut-penganut untuk bekerja sama dengan Han Lin Er. Kuo menyatakan dirinya sebagai Jenderal. Pada tanggal 26 Februari, tentaranya menaklukkan propinsi Hau Chou.
Pada bulan Maret tahun yang sama, Zhu Yuanzhang (Hokkian: Cu Goan Ciang) bergabung dengan mereka sebagai bawahannya. Zhu telah menjadi rahib sejak kecil. Dia meninggalkan Sangha untuk menjadi seorang awam karena kuti di mana dia tinggal telah dibakar. Zhu mempunyai penampilan yang tampan dan tubuhnya tegap. Selain itu, dia selalu menang dalam peperangan. Kuo Tze Hsing begitu terkesan sehingga dia mengangkat Zhu sebagai menantu laki-laki.
Tiga tahun kemudian, Kuo meninggal dan putranya Kuo Thien Shih menjadi pemimpin. Han Lin Er mengangkat anak Kuo sebagai panglima, Chang Thien Yew dan Zhu sebagai Jenderal pertama dan kedua. Enam bulan kemudian, Kuo Thien Shih dan Chang Thien Yew dibunuh. Akibatnya semua tentara berada di bawah perintah Zhu Yuanzhang.
Pada bulan Februari 1363, Liew Foo Thong dibunuh dan Han Lin Er dengan cepat mengirim berita kepada Zhu untuk meminta bantuan segera. Bantuan diberikan segera dan Han Lin Er diselamatkan. Sejak itu Han Lin Er menjadi boneka Zhu Yuan zhang. Pada bulan Desember 1366, atas nama untuk menyambut kedatangan Han Lin Er ke selatan, Zhu mengirim satu kapal untuk menjemput Lin Er. Dalam perjalanan, Zhu memerintahkan orang membalikkan kapal tersebut dan Lin Er tenggelam, tentu saja Zhu Yuanzhang menjadi pengganti.
Supaya bisa menghibur mereka, Zhu pada tanggal 4 Januari 1368 mengumumkan "Ming" sebagai nama rezimnya. Dengan demikian, dia menjadi Raja pertama Dinasti Ming. Inilah untuk pertama kalinya suatu pemberontakan sekte rahasia berhasil mengangkat pemimpinya menjadi kaisar. Zhu lalu bergelar Hong wu dan memerintah dari tahun 1368-1398.
f. Dinasti Ming (1368-1644)
Berhubung Raja Zhu Yuanzhang (Choo
Yen Zang) pernah menjadi bhikkhu, dia amat paham tentang isi dari agama Buddha.
Oleh karena dia sadar bahwa penganut-penganut Bai Lian telah mengambil dan
kemudian merubah Buddha dharma sesuai pemikiran mereka. Mereka menggunakan nama
aliran Maitreya Buddha hanya sebagai topeng untuk menipu orang-orang yang tidak
mengerti latar belakang mereka
Setelah Zhu naik tahta menjadi raja
dia mengeluarkan perintah melarang aktivitas dari aliran Bai Lian. Sejak itu,
pengikut ajaran Bai Lian mengajarkan ajaran sesatnya pada malam hari saja
dengan pintu dan jendela tertutup rapat
Pada zaman Dinasti Ming,
kerajaannya paling banyak menderita karena pemberontakan Bai Lian yang sangat
sering terjadi. Banyak dari pemberontakan ini terjadi ketika negara tersebut
sedang dalam kehancuran dan lelah dalam menghadapi perang dengan penyerang dari
luar negeri. Berikut adalah beberapa pemberontakan terkenal yang tercatat dalam
sejarah :
v Pada tahun 1373 Pheng Phu Kui,
pengikut Bai Lian dari SheChuan mengumpulkan orang-orang, menyerang dan
menjajah 14 kota secara berturut-turut dan pemerintah menghabiskan waktu
beberapa bulan untuk menaklukkan mereka.
v Zin Kang Nu dan Tien Chiew Cheng
berontak pada saat negara sedang kalah perang dengan Vietnam.
v Thang Sai Er mengambil keuntungan
dari kesempitan ketika Jepang sedang mengganggu Liaw Tong yang terletak di
timur laut China.
v Ketika ada ancaman dari Manchuria
dan keluarga raja sedang mengalami keributan dalam kerajaan, Chao Ik San, atas
nama Maitreya Buddha mengumumkan dirinya sebagai raja dan berontak melawan
pemerintah.
v Wang Hsing and Chee Hong Joo
paling terkenal dengan nama buruknya dan memiliki tentara yang terbesar. Pada
saat keluarga raja dan rakyat pada umumnya sedang panik karena Manchuria sudah
masuk perbatasan China dan telah menaklukkan 40 kota di Liaw Tong, Wang Hsing
and Chee Hong Joo memimpin 2 juta tentara, menyerang dan menjajah kota-kota
besar di propinsi Shantong dan bahkan mencuri alat transportasi pemerintah yang
membawa makanan. Supaya dapat bertempur dengan tentara yang begitu besar,
pemerintah terpaksa mengirimkan tentara di Liaw Tong. Ini berarti tentara Bai
Lian memberikan bantuan besar kepada tentara Manchuria
Di antara penganut-penganut Bai Lian yang terkenal, terdapat seorang wanita, Tang Sai Er, yang memiliki ilmu hitam. Dia berkata bahwa dia telah memperoleh sebuah buku dari surga di mana buku tersebut diketemukan dari dalam batu besar. Dengan buku tersebut dia bisa menguasai roh-roh dan dewa/dewi dan bisa mendapatkan pakaian maupun makanan yang ia inginkan
Beribu-ribu orang awam, karena terpesona oleh ajaran sesatnya, mengikuti dia. Pada satu pertempuran dengan tentara kerajaan, Tang Sai Er menggunakan ilmu hitam untuk melindungi dirinya. Banyak roh-roh yang tampangnya mengerikan muncul di langit. Karena tahu bahwa Tang Sai Er mungkin akan menggunakan ilmu hitam, jenderal kerajaan itu membawa sedikit darah yang kemudian disiramkan ke roh-roh yang tampak itu. Dengan segera, roh-roh yang mengerikan tersebut berubah menjadi manusia-manusia dan kuda-kuda kertas. Sai Er berhasil meloloskan diri tetapi kemudian tertangkap. Dia dirantai dan dikirim ke ibukota dengan menggunakan kereta tahanan. Tetapi, dalam perjalanan, dengan kekuatan ilmu hitam, Sai Er berhasil bebas dari belenggu rantainya dan menghilang. Sejak saat itu dia tidak pernah diketemukan lagi.
Ilmu hitam Tang Sai Er diperkirakan diwariskan ke generasi berikutnya. Pada tahun 1557, terdapat seorang yang bernama Ma Cu She di mana dengan ilmu hitamnya dapat membuat prajurit kertas menjadi seperti prajurit yang sebenarnya. Pada saat prajurit kertas itu diserang, ia akan berbalik menyerang dan melukai penantangnya, meskipun begitu, ketika rencana pemberontakan Ma Cu She diketahui oleh pemerintah, pemerintah segera mengirim tentara untuk menaklukkan Ma Cu She dan pengikutnya. Diperkirakan lebih dari 100 orang pengikutnya mati dalam medan peperangan, tetapi Ma Cu She sendiri berhasil lolos dari maut
Pemimpin Kedelapan Yang Palsu
Pada zaman
Dinasti Ming, terdapat seorang pengikut Bai Lian yang paling jahat dalam
sejarah di Cina. Ajaran sesatnya mempunyai pengaruh yang paling dalam dan luas
terhadap pengikut-pengikutnya sampai saat ini. Nama orang itu adalah Lo Wei
Ching, lahir pada tanggal 8 Januari 1446. Dia mengatakan bahwa Sesepuh Hui Neng
adalah merupakan pemimpin Sangha yang terakhir, karena Jalan ke Surga telah
berubah dari sistim kepemimpinan Sangha menjadi sistim kepemimpinan orang awam.
Dia merekayasa sebuah cerita bagaimana dia menerima garis kepemimpinannya
sebagai berikut:
Seseorang yang bernama Pai Ik Chan menyelamatkan Sesepuh Ke-6 yang sedang dikejar oleh seorang bhikkhu kejam di ladang. Oleh karena itu, Pai Ik Chan diberikan baju dan mangkok sebagai bukti penerimaan garis keturunan pemimpin. Selama 3 tahun, Sesepuh ke-6 sembunyi di rumahnya. Kemudian Pai Ik Chan dan seorang guru besar Tao Ik dinobatkan bersama sebagai pemimpin ke-7. Ini benar-benar merupakan kebohongan yang besar dan menggelikan
Penjelasan yang benar adalah Sesepuh ke-6 lahir pada tanggal 8 February 638, sedangkan Pai Ik Chan lahir tahun 1194 pada jaman Dinasti Sung, sehingga ada perbedaan waktu 450 tahun. Maka itu, bagaimana dia bisa menyelamatkan Sesepuh ke-6? Kecuali waktu bisa berputar kembali. Guru Pai Ik Chan yang bernama Ma Tao Ik adalah cucu murid dari Sesepuh ke-6 dan lahir sedikitnya 400 tahun sebelum Pai Ik Chan. Oleh karena itu, bagaimana Pai Ik Chan bisa bertemu dengan pemimpin ke-6 sebelum guru dia Ma Tao Ik? Selain itu, Lo Wei Ching adalah orang yang hidup pada zaman Dinasti Ming, lahir beberapa ratus tahun setelah Pai Ik Chan, bagaimana Pai Ik Chan menyampaikan "Jalannya" kepada Lo Wei Ching?
Seperti yang tertulis dalam sejarah agama Buddha, garis keturunan dari kepemimpinan berakhir pada Sesepuh ke-6 Hui Neng. Sistim kepemimpinan ini diteruskan ke Cina dari India oleh pemimpin Bodhidharma. Dia adalah Sesepuh pertama di Cina dan juga sebagai pendiri sekolah Zen di Cina. Sebelum meninggal, beliau mengatakan bahwa sistim kepemimpinan Zen akan berakhir pada Sesepuh ke-6. Sejak itu, hanya Dharma yang akan berputar, kain dan mangkok tidak merupakan tanda kepemimpinan.
Berikut ini adalah ajaran sesat yang dipelopori oleh Lo Wei Ching :
§ Dia merupakan pendiri dari sistim
kepemimpinan umat awam. Dia mengatakan bahwa "Jalan Surga" telah
berubah dari sistim kepemimpinan Sangha menjadi sebuah sistim yang dikendalikan
oleh umat awam (penerjemah: maksudnya tidak ada lagi Sangha dalam ajaran
mereka)
§ Dia memulai semboyan bahwa
"Tiga agama menjadi satu". Ketiga agama itu adalah Juisme (ajaran
kuno di Cina), Taoisme dan Buddhisme
§ Dia mengarang cerita bahwa Tuhan
yang bernama Lao Mu ada di Surga Wu Zhi. Segala makhluk diciptakan olehNya
§ Sejak terbentuknya Aliran Maitreya
(Yi Guan Dao), selalu ada pernyataan bahwa sistim dunia terbagi menjadi 3
periode yakni Periode Hijau, Periode Merah dan Periode Putih. Periode Putih ini
merupakan periode akhir zaman yang menurut mereka dunia akan kiamat pada
periode ini
Lukisan
tentang dunia kiamat oleh mereka sbb : Akan terjadi malapetaka angin, hembusan
angin begitu kuat sehingga orang hanya akan mendengar "bum?" bagaikan
surga akan ambruk dan bumi akan retak, dan hanya sekejap mata segala sesuatu
benda musnah, tak satu makhlukpun yang terlihat. Mereka membuat cerita dunia
kiamat dengan menjiplak teks ajaran Buddha dan kemudian melakukan banyak
pengubahan-pengubahan
Menurut
teks agama Buddha, periode waktu antara pembentukan alam dunia dihitung
berdasarkan tiga kalpa: Kalpa Kecil, Kalpa Sedang dan Maha Kalpa. Aliran Yi
Guan Dao (Aliran Maitreya) mengubah nama kalpa menjadi Periode. Sebenarnya teks
agama Buddha mengatakan bahwa dunia akan musnah total pada akhir Maha Kalpa
yang akan tiba pada trilliun tahun mendatang. Mereka mengatakan bahwa akhir
kalpa akan segera datang supaya dapat membuat orang-orang menjadi panik dan
masuk aliran sesat tersebut
Berdasarkan ajaran ini Lo Wei Ching selanjutnya menyatakan bahwa pada akhir Periode Putih (penerjemah: maksudnya akhir zaman), Tuhan mereka "Lao Mu" akan turun ke dunia membawa kembali 96 milyard anak-anak sejati ke sisiNya. Anak-anak ini akan menikmati kekayaan dan kemakmuran di surga sesuai dengan perbuatan baik mereka (pengertian perbuatan baik disini adalah dedikasi yang dalam kepada Aliran mereka)
Agar dapat
mengendalikan pengikut-pengikutnya, Lo mengeluarkan peraturan bahwa orang-orang
yang mencari "Jalan Surga" harus bersumpah kepada Tuhan Lao Mu.
Sumpah-sumpah itu sangat kejam dan berbunyi sebagai berikut :
Seorang
tidak boleh mencari "Jalan Surga" dengan pura-pura
Seseorang
tidak boleh mundur ketika diminta untuk maju
Seseorang
tidak boleh membocorkan rahasia aliran, karena tindakan itu akan mengakibatkan
tertangkapnya pemimpin dan kematian dari pemimpin aliran tersebut.
Seseorang
tidak boleh tidak sopan kepada "Chien Jen" yakni gelar yang diberikan
kepada pejabat tinggi dalam aliran itu. Chien Jen memegang jabatan "orang
kedua" dalam aliran tersebut. (Jumlah Chien Jen sangat sedikit, tetapi
selain pemimpin tertinggi mereka "She Mu" mereka memegang kekuasaan
tertinggi dan disanjung oleh pengikut-pengikut mereka, dan saat mereka tiba
ataupun pergi selalu diiringi tata cara yang khidmat seperti yang biasa
dilakukan terhadap keluarga kerajaan atau pejabat kerajaan yang berpangkat
tinggi).
Seseorang
tidak boleh menganggur tanpa melakukan penyebaran ajaran mereka dengan penuh
semangat
Siapa saja
yang melanggar salah satu dari peraturan-peraturan tersebut di atas akan
disambar halilintar dan dibakar lima kali.
Dalam agama Buddha, terdapat satu hal yang amat penting yaitu
Tiratana : Buddha, Dharma dan Sangha
Dalam agama Buddha, terdapat satu hal yang amat penting yaitu
Tiratana : Buddha, Dharma dan Sangha
Maka untuk menandingi Tiratana agama Buddha, Lo Wei Ching menciptakan Triratna versi dia sbb :
v Menunjuk "Hsien Kuan"
yaitu menunjuk bagian tengah dahi di antara kedua alis mata dengan menggunakan
jari tengah oleh seorang pandita mereka yang disebut Tien Chuan She
v Memberitahukan kode lisan yang
terdiri dari 5 kata: Wu, Thai, Fu, Mi,
Nek.
v Mengatupkan tangan dengan
cara-cara tertentu
Seseorang yang ingin menjadi anggota baru harus mendapat rekomendasi dari dua orang anggota lama. Tetapi orang cacat, tukang jagal, pelacur-pelacur, preman-preman dan gelandangan-gelandangan tidak diterima sebagai penganut.
Pada tahun 1527, usaha Lo Wei Ching untuk menggulingkan rezim itu gagal. Dia ditangkap dan kemudian dihukum mati dengan cara tubuhnya ditarik dan dikoyak oleh 5 kereta kuda.
Seseorang yang ingin menjadi anggota baru harus mendapat rekomendasi dari dua orang anggota lama. Tetapi orang cacat, tukang jagal, pelacur-pelacur, preman-preman dan gelandangan-gelandangan tidak diterima sebagai penganut.
Pada tahun 1527, usaha Lo Wei Ching untuk menggulingkan rezim itu gagal. Dia ditangkap dan kemudian dihukum mati dengan cara tubuhnya ditarik dan dikoyak oleh 5 kereta kuda.
Kode Lisan
Lima kode lisan yaitu Wu, Thai, Fu, Mi, Nek dikatakan sangat
membantu dalam keadaan bahaya. Tetapi kode lisan ini tidak dapat dibocorkan
kepada siapapun, bahkan orang tua sendiri, suami dan isteri atau anak mereka
jika mereka bukan anggota. Pada zaman Dinasti Qing, lima kata itu dirubah lagi
menjadi: Min, Ta, Pao, Sin, Ik. Tetapi kode ini dirubah kembali menjadi kode
yang semula, ketika Dinasti Qing runtuh dan menjadi Republik.
g. Dinasti Qing (Manchu) (1644-1911)
Pada zaman Dinasti Qing,
pemberontakan dari aliran Bai Lian (Yi Guan Dao) sangat sering terjadi,
khususnya pada pemerintahan Raja Qian Long (1736-1795) dan Raja Jia Jing
(1796-1820). Pada akhir Dinasti Qing, yaitu pada tahun ke-18 pemerintahan Raja
Jia Jing, nama aliran Bai Lian berubah lagi menjadi aliran Tien Li atau
kadang-kadang disebut aliran Pa Kua. Pada suatu pemberontakan pengikut-pengikut
Bai Lian gagal dan mereka bubar. Sebagian mereka bertobat dan menjadi bhikkhu
tetapi yang lainnya tetap setia pada alirannya. Untuk menghindari perhatian
pemerintah, aliran Bai Lian dibagi menjadi berbagai cabang-cabang dengan nama
yang berbeda-beda. Aliran "Yi Guan Dao" yang ada sekarang merupakan
salah satu cabang dari aliran Bai Lian.
He Liau Ko
Dia merupakan pemimpin kedua Yi
Guan Dao. Dia mulai berontak melawan Dinasti Ching pada pemerintahan Qian Long
di tahun 1774. Dia adalah seorang penghasut dan perencana jahat. Beberapa
pemberontakan yang terjadi pada masa itu adalah hasil hasutannya. Pada tahun
1795, dia melancarkan satu pemberontakan secara besar-besaran yang merusak
banyak propinsi yakni She Chuan, Hu Pei, He Nan, An Hui, Khan Su dan lain-lain.
Pemberontakan ini disebut dalam sejarah Cina sebagai "Kerusuhan oleh
bandit-bandit dari aliran Bai Lian (sekarang disebut Yi Guan Dao)
Wang Jue Yi
Dia merupakan keturunan dari Wang
Hsing yang terkenal dengan reputasinya yang buruk pada zaman Dinasti Qing. Pada
akhir zaman Dinasti Qing, ada organisasi yang memberikan pelatihan tinju yang
disebut Yi He Tuan (Tuan== bataion) atau disebut Yi He Quan (Quan==tinju).
Organisasi ini berkedok sebagai tempat pelatihan tinju padahal organisasi ini Yi He Tuan adalah organisasi militer dengan cabang-cabang yang tersebar di berbagai tempat. Wang Jue Yi adalah panglima dari organisasi ini. Dengan kata lain, sebenarnya Yi He Tuan adalah organisasi Pai Lian (sekarang disebut Yi Guan Dao)
Organisasi ini berkedok sebagai tempat pelatihan tinju padahal organisasi ini Yi He Tuan adalah organisasi militer dengan cabang-cabang yang tersebar di berbagai tempat. Wang Jue Yi adalah panglima dari organisasi ini. Dengan kata lain, sebenarnya Yi He Tuan adalah organisasi Pai Lian (sekarang disebut Yi Guan Dao)
Sudah tentu, aliran Pai Lian masih
dibawah pengawasan ketat dari pemerintah. Usaha pembasmian dari pemerintah
terhadap pemberontak Pai Lian masih sering dilakukan. Pada saat itu, Ibu Suri
Ci Xi ingin menggulingkan Kaisar dari tahta dengan tujuan untuk mengalihkan
tahta kerajaan kepada keponakannya (Kaisar itu adalah anak dari hasil perkawinan
selir dengan kaisar almarhum), tetapi rencana Ci Xi mendapat hambatan yang luar
biasa dari pihak asing yang mendukung Kaisar
Supaya bisa menangani orang-orang
asing tersebut, Ibu Suri mengizinkan anggota Yi He Tuan memasuki ibukota.
Anggota seperguruan tertua (paling senior) yang bernama Chao Fu Thien, bersama
dengan pemimpin-pemimpin cabang lainnya dipanggil ke istana untuk diberikan
kehormatan berupa topi dan jubah yang mana hadiah ini hanya boleh dipakai oleh
pejabat-pejabat tinggi di istana. Ini merupakan yang kedua kali dalam sejarah
Cina dimana aliran sesat ini disetujui oleh pemerintah. Tidak lama setelah
aliran Bai Lian masuk ibukota, sekretaris Duta Besar Jepang dibunuh dan
menyusul peristiwa itu, terjadi pembakaran dan pembunuhan secara besar-besaran.
Pembakaran dan pembunuhan tersebut mengakibatkan pengaruh yang sangat besar
dalam sejarah yaitu delapan negara asing (yaitu Inggeris, Amerika, Perancis,
Jepang, Rusia, Austria dan Itali) bergabung dalam membentuk tentara sekutu
untuk menyerang dan menduduki ibukota Cina. Inilah yang dalam sejarah dikenal
sebagai Pemberontakan Boxer.
Setelah kejadian ini, anggota seperguruan tertua Chao Fu Thien, ditangkap oleh penduduk sekampung dengan kedua tangan diikat untuk diserahkan kepada pemerintah. Chao Fu Thien kemudian dihukum mati. Aliran sesat ini kembali mendapat larangan dari pemerintah Cina. Dengan kata lain, pengesahan aliran sesat ini hanya bertahan lebih kurang sebulan saja.
Setelah kejadian ini, anggota seperguruan tertua Chao Fu Thien, ditangkap oleh penduduk sekampung dengan kedua tangan diikat untuk diserahkan kepada pemerintah. Chao Fu Thien kemudian dihukum mati. Aliran sesat ini kembali mendapat larangan dari pemerintah Cina. Dengan kata lain, pengesahan aliran sesat ini hanya bertahan lebih kurang sebulan saja.
h. Republik Cina (1911- sekarang)
Chang Thian Ran
Dia adalah pemimpin ke-18 aliran
Yi Guan Dao. Dia dibesarkan di keluarga yang menganut aliran Pai Lian selama
beberapa generasi. Semua pemimpin aliran sesat ini menyatakan dirinya sebagai
inkarnasi Buddha Maitreya, namun ironisnya, semuanya mempunyai ambisi menjadi
kaisar dan berakhir dengan kematian tragis. Berdasarkan fakta-fakta yang telah
disebutkan diatas, maka Chang Thien Ran merubah pernyataan "Inkarnasi
Buddha Maitreya" menjadi "Manusia Buddha Ci Kong". Dengan kata
lain, dia menamakan dirinya sebagai Manusia Buddha Ci Kong
Chang Thien Ran menyatakan dirinya
telah menerima suatu mandat dari surga untuk menjadikan dirinya sebagai
pemimpin ke-18 Yi Guan Dao. Dia menyebarkan doktrin yang sesat sebagaimana
pendahulunya melakukan yakni "Sakyamuni Buddha telah mengundurkan diri
sebagai Lord of Buddhism dan Maitreya Buddha telah mengambil alih dalam
pembabaran Buddhadharma. Disamping doktrin sesat yang telah tersebar luas ini,
dia juga menyebarkan pernyataan yang menyimpang bahwa zaman di dunia ini
terdiri dari 3 periode :
·
Periode
(zaman) Hijau merupakan periode untuk Dipankhara Buddha
·
Periode
(zaman) Merah merupakan periode untuk Sakyamuni Buddha
·
Periode
(zaman) Putih merupakan periode terakhir dibawah naungan Maitreya Buddha, dengan
kata lain, kalpa sekarang adalah kalpa Maitreya Buddha.
Pada tahun 1946, Chang Thien Ran
ditangkap karena menyebarkan doktrin sesat yang meracuni pikiran masyarakat
setempat bahwa dengan menyatakan kode rahasia akan membuat mereka menjadi
Buddha dalam bentuk manusia. Disamping itu, dia juga bergabung dengan Jepang
melakukan kerusuhan di ibukota
Pada tanggal 13 Agustus 1947,
Chang Thien Ran ditembak mati oleh regu penembak pemerintah di Cheng Tu,
ibukota She Chuan. Tindak kejahatannya diterbitkan di koran-koran setempat.
Menyusul peristiwa ini, pemerintah mengeluarkan larangan keras segala aktivitas
Yi Guan Dao.
Setelah kematian Chang Thien Ran, isterinya yang bernama Sun Suk Cen, sering dipanggil dengan SheMu (gelar kehormatan untuk isteri guru) dijadikan pemimpin tertinggi Yi Guan Dao. Tidak lama kemudian Sun Suk Cen datang ke Taiwan dan menjadi pemimpin tertinggi Yi Guan Dao di Taiwan
Setelah kematian Chang Thien Ran, isterinya yang bernama Sun Suk Cen, sering dipanggil dengan SheMu (gelar kehormatan untuk isteri guru) dijadikan pemimpin tertinggi Yi Guan Dao. Tidak lama kemudian Sun Suk Cen datang ke Taiwan dan menjadi pemimpin tertinggi Yi Guan Dao di Taiwan
2. Sutta -
Sutta palsu yang menjadi doktrin Maitreya
Sejarah mencatat bahwa Agama
Buddha masuk ke Tiongkok pada jaman Dinasti Han (202 SM ? 221 M). Masuknya
agama asing tersebut telah membangkitkan perasaan tidak senang di kalangan
agama lain yang lebih tua atau asli Tiongkok, seperti misalnya Agama Dao (baca
Tao).
Untuk menunjukkan bahwa Agama Tao lebih unggul maka dikaranglah Sutra-Sutra palsu untuk mendukung hal tersebut. Isinya antara lain menyebutkan bahwa Sang Buddha hanyalah merupakan salah satu penjelmaan Lao tzu (pendiri Agama Tao). Versi lain mengatakan bahwa Lao tzu telah menghilang dan pergi ke India. Ia mempertobatkan banyak orang di sana dan menjadi Buddha. Ada lagi yang mengatakan bahwa Lao tzu telah pergi ke India dan mengajar Sang Buddha ajaran kebijaksanaan. Inti sari dari semuanya adalah berusaha membuktikan bahwa Agama Buddha adalah berasal dari Agama Tao.
Untuk menunjukkan bahwa Agama Tao lebih unggul maka dikaranglah Sutra-Sutra palsu untuk mendukung hal tersebut. Isinya antara lain menyebutkan bahwa Sang Buddha hanyalah merupakan salah satu penjelmaan Lao tzu (pendiri Agama Tao). Versi lain mengatakan bahwa Lao tzu telah menghilang dan pergi ke India. Ia mempertobatkan banyak orang di sana dan menjadi Buddha. Ada lagi yang mengatakan bahwa Lao tzu telah pergi ke India dan mengajar Sang Buddha ajaran kebijaksanaan. Inti sari dari semuanya adalah berusaha membuktikan bahwa Agama Buddha adalah berasal dari Agama Tao.
Salah satu karya semacam itu
misalnya adalah Lao-tzu Hua-hu-cing atau Sutra Pertobatan Kaum Barbar, karangan
seseorang bernama Wang Fu pada abad keempat M. (v). Anehnya doktrin yang dianut
oleh Aliran Yi Guan Dao juga mencerminkan ajaran-ajaran semacam itu.
B. AJARAN UTAMA
Untuk meneliti Ajaran Maitreya dapat
membuka website sebagai berikut:
Bahasa Inggris :
Bahasa Inggris :
http://www.taoism.net/gateways/Buddha.htm
home.kimo.com.tw/yp2758/Eyiguantao.html
http://www.taoism.net/html.html
Bahasa Indonesia :
home.kimo.com.tw/yp2758/Eyiguantao.html
http://www.taoism.net/html.html
Bahasa Indonesia :
1.Maitreya telah datang menjelma ke dunia ini dan terlahir sebagai guru mereka.
Umat Buddha Maitreya meyakini bahwa guru mereka adalah penjelmaan Buddha Maitreya dan Era Sakyamuni Buddha telah berakhir, jadi mereka yakin bahwa Maitreya telah hadir di dunia ini. Namun marilah kita perhatikan apa yang diajarkan oleh Sang Buddha sendiri.
Kritikan : Mari kita perhatikan apa yang diajarkan oleh Sang Buddha
dalam CAKKAVATTI-SIHANADA SUTTA, Sutta ke-26 dari DIGHA NIKAYA :
"Pada saat itu [kota] yang sekarang merupakan Varanasi akan menjadi sebuah ibu kota yang bernama Ketumati, kuat dan makmur, dipadati oleh rakyat dan berkecukupan. Di Jambudipa akan terdapat 84.000 kota yang dipimpin oleh Ketumati sebagai ibu kota. Dan pada saat itu orang akan memiliki usia kehidupan sepanjang 84.000 tahun, di kota Ketumati akan bangkit seorang raja bernama Sankha, seorang Cakkavati (Raja Dunia), seorang raja yang baik, penakluk keempat penjuru?Dan pada saat orang memiliki harapan hidup hingga 84.000 itulah muncul di dunia seorang Yang Terberkahi, Arahat, Sammasambuddha bernama Metteya?.."
Jadi saat Metteya (Maitreya dalam Bahasa Sansekerta) hadir di dunia ini akan terdapat hal-hal sebagai berikut:
Terdapat
kota "megapolis" yang bernama Ketumati
Terdapat
84.000 kota di Jambudipa.
Terdapat
seorang raja bernama Sankha. Beliau seorang Cakkavati atau raja dunia.
Manusia
dapat hidup hingga mencapai 84.000 tahun
Nah, pada kenyataannya
keempat hal di atas belum terwujud atau belum ada. Hingga saat ini usia hidup
hingga mencapai 84.000 tahun masih merupakan sesuatu yang teramat sangat
fantastis dan susah dibayangkan manusia. Dapat hidup hingga mencapai usia 100
tahun saja sudah merupakan sesuatu yang luar biasa
Marilah
kita coba pelajari tanda-tanda lainnya sebagaimana yang terdapat dalam
BUDDHAVACANA MAITREYA BODHISATTVA SUTRA:
"O, Arya Sariputra!
Pada saat Buddha baru tersebut dilahirkan di dunia Jambudvipa. Situasi dan
kondisi dunia Jambudvipa ini jauh lebih baik daripada sekarang! Air laut agak
susut dan daratan bertambah. Diameter permukaan laut dari ke 4 lautan
masing-masing akan menyusut kira-kira 3000 yojana, Bumi Jambudvipa dalam 10.000
yojana persegi ? persis kaca dibuat dari permata lazuardi dan permukaan buminya
demikian rata dan bersih?"
Nah, pertanyaannya apakah sekarang kondisi dunia sudah lebih baik dari jaman Sang Buddha? Jawabnya belum! Apakah kondisi fisik dunia sudah seperti yang digambarkan pada Sutra di atas? Jawabnya juga belum! Karena itu jelas sekali Maitreya belumlah terlahir di muka bumi ini dan saat ini masih jaman Buddha Sakyamuni.
Nah, pertanyaannya apakah sekarang kondisi dunia sudah lebih baik dari jaman Sang Buddha? Jawabnya belum! Apakah kondisi fisik dunia sudah seperti yang digambarkan pada Sutra di atas? Jawabnya juga belum! Karena itu jelas sekali Maitreya belumlah terlahir di muka bumi ini dan saat ini masih jaman Buddha Sakyamuni.
2. Jaman Tiga Pancaran
o Umat Buddha Maitreya
membagi jaman dalam apa yang mereka sebut dengan tiga pancaran.
o Jaman pancaran hijau,
Buddhanya adalah Dipankara.
o Jaman pancaran merah,
Buddhanya adalah Sakyamuni.
o Jaman pancaran putih,
Buddhanya adalah Maitreya
Sekarang telah memasuki jaman pancaran putih,
karena itu ajaran Buddha Sakyamuni tidak berlaku lagi
Kritikan : Marilah
kita pelajari urutan Buddha-Buddha yang telah hadir di dunia ini sebagaimana
yang tercantum dalam kitab suci Tipitaka: BUDDHAVAMSA, yang merupakan bagian
ke-14 dari KHUDDAKA NIKAYA menyebutkan mengenai 25 Buddha pada masa lampau
(dengan menambahkan nama 18 Buddha pada daftar 7 Buddha yang terdapat pada
Mahapadana Sutta): Dipankara, Kondanna, Mangala, Sumana, Revata, Sobhita,
Anomadassin, Paduma, Narada, Padumuttara, Sumedha, Sujata, Piyadassin,
Atthadassin, Dhammadasin, Siddhattha, Tissa, Phussa, Vipassin, Sikhin,
Vessabhu, Kakusandha, Konagama, Kassapa, dan Gotama (Sakyamuni). Lalu kalau
begitu kemanakah Buddha-Buddha yang telah hadir di antara Buddha Dipankara dan
Buddha Sakyamuni. Digolongkan dalam pancaran apakah Mereka itu? Jelas sekali
pengarang ajaran Maitreya tidak paham Tipitaka. Mereka tidak menyadari bahwa di
antara Buddha Dipankara dan Buddha Sakyamuni masih terdapat banyak Buddha-Buddha
lainnya. Kalau mereka sendiri tidak paham Tipitaka bagaimana dapat kita
mempercayai ajaran mereka?
3.Tiratana atau Tiga Mustika (San Bao) ala Maitreya.
3.Tiratana atau Tiga Mustika (San Bao) ala Maitreya.
Ada tiga mustika atau San Bao yang
diajarkan oleh aliran Maitreya:
Membuka
apa yang disebut dengan "pintu suci", yakni suatu titik di
tengah-tengah alis. Aliran Yi Guan Tao (Maitreya) mengajarkan bahwa titik
tersebut merupakan titik tempat keluarnya roh yang benar pada saat seseorang
akan meninggal.
Mengatupkan
tangan dengan cara tertentu: telapak tangan kanan dengan posisi empat jari
merapat, kecuali ibu jari, posisi horisontal agak mengarah ke bawah menekuk
membentuk huruf V dengan telapak bagian dalam menghadap ke arah tubuh kita.
Telapak tangan kiri dengan posisi sama seperti tangan kanan menempel menutupi
telapak tangan kanan sehingga telapak tangan kanan berada di antara telapak
kiri dan tubuh kita. Ujung ibu jari tangan kiri menyentuh kuku ibu jari tangan
kanan, kedua ibu jari posisi horizontal mengarah ke bawah
Lima kata
rahasia yang tidak boleh bocor berbunyi: "Wu Tai Fo Mi Le."
Kritikan:
Bagi seseorang yang belajar Buddha Dharma, maka tidak dikenal istilah
"pintu suci" atau tempat keluarnya roh. Lagipula dalam Buddhisme
tidak dikenal adanya roh yang kekal (atta). Juga tidak pernah ada yang namanya
mengatupkan tangan ala Maitreya dan lima kata rahasia tersebut. Yang menjadi
pertanyaan mengapa kata-kata tersebut harus dalam Bahasa Mandarin? Tidak
bolehkah diterjemahkan dalam bahasa lain? Hal ini juga bertentangan dengan
Buddha Dharma, dimana Sang Buddha mengajarkan bahwa Dharma ajarannya bolehlah
diterjemahkan dalam bahasa apapun juga. Lebih jauh lagi apa yang mereka sebut
dengan tiga mestika tersebut jauh sekali berbeda dengan yang terdapat dalam
Buddha Dharma
4.
Lao Mu
Kita baca puisi yang ditulis oleh Aliran Maitreya berikut ini :
"Buddha Maitreya, bangkitkanlah kekuatan jiwa, sehingga aku mampu bangkit dari kegelapan Bekerja dan berkorban dalam nama LAOMU adalah pengimpasan dosa, namun tetap kulakukan tanpa pamrih. Membina diri berarti mencintai diri sendiri. Siapa membina, dialah yang mendapatkan. Bukanlah LAOMU yang menjauhiku, melainkan akulah yang telah menjauhkan diri dari LAOMU. Buddha Maitreya, bantulah aku dalam menghancurkan ego ini, sehingga mampu menjadi seorang pengasih bagi sesama. Terima kasih LAOMU, kesempatan masih Kau berikan kepadaku. LAOMU, melalui alam semesta, aku bersaksi akan kebesaran Kasih dan Kuasa-Mu!
Datang kepada LaoMu
Ada kalanya kita lelah dan datang
kepada LaoMu, tetapi tampaknya LaoMu diam saja. Lao Mu sepertinya meninggalkan
kita menghadapi semua masalah itu sendiri. Sesungguhnya tak ada yang lebih
benar dari LaoMu 'LaoMu tak pernah meninggalkan kita' terlebih-lebih disaat
kita dalam keadaan sulit. Hingga ada kisah yang mengatakan orang jahat lebih dekat
dengan surga karena semakin jahat seseorang maka Tuhan akan berada semakin
dekat untuk menyadarkannya. Penyebab mengapa kita merasa 'dianggap sepi' adalah
karena kita datang sebagai cangkir yang sudah terlalu penuh. Tak ada lagi
tempat kosong bagi LaoMu dan para Buddha untuk meletakkan penghiburan serta
kekuatan bagi kita.
Ketika menghadap LaoMu , hendaknya
membiarkan hening mengisi diri, biarkan cangkir menjadi kosong. Ketika kita
sedih tak perlu datang dengan kata-kata, LaoMu mengetahui dengan jelas semua
yang kita alami.
Hanya ada kita yang mau berserah
diri untuk dihibur-Nya dan bersandar pada tiang-Nya.
Jika kita menghendaki LaoMu berkuasa sebagai Sang penghibur sejati dan sumber kekuatan diri, maka jangan pernah meragukan petunjuk-Nya. Ingat ketika kita merasa sedih, merasa pilu, merasa derita pastikan dalam diri kita bahwa LaoMu ada disamping kita, sebaliknya jika kita merasa bahagia, gembira LaoMu juga menyertai kita. "
Jika kita menghendaki LaoMu berkuasa sebagai Sang penghibur sejati dan sumber kekuatan diri, maka jangan pernah meragukan petunjuk-Nya. Ingat ketika kita merasa sedih, merasa pilu, merasa derita pastikan dalam diri kita bahwa LaoMu ada disamping kita, sebaliknya jika kita merasa bahagia, gembira LaoMu juga menyertai kita. "
Kritikan: Pertama kali tidak ada
dalam Agama Buddha sesuatu yang disebut dengan nama Lao Mu. Menilik puisi di
atas jelas sekali Umat Maitreya hendak mengasosiasikan Lao Mu dengan Tuhan,
padahal dalam Buddhisme tidak dikenal konsep Tuhan semacam itu. Tidak ada Tuhan
yang pengasih, sebagaimana yang dibabarkan Sang Buddha dalam JATAKA VI:208 :
"Dengan mata, seseorang dapat melihat pandangan memilukan. Mengapa "mahadewa" itu tidak menciptakan secara baik? Bila kekuatannya dikatakan tak terbatas, Mengapa tangannya begitu jarang memberkati, Mengapa dia tidak menganugerahi kebahagiaan saja? Mengapa kejahatan, kebohongan dan ketidak-tahuan merajalela Mengapa kepalsuan menang, sebaliknya kebenaran dan keadilan gagal Saya menganggap, padangan tentang "mahadewa" adalah Ketakadilah yang membuat dunia yang diatur keliru."
"Dengan mata, seseorang dapat melihat pandangan memilukan. Mengapa "mahadewa" itu tidak menciptakan secara baik? Bila kekuatannya dikatakan tak terbatas, Mengapa tangannya begitu jarang memberkati, Mengapa dia tidak menganugerahi kebahagiaan saja? Mengapa kejahatan, kebohongan dan ketidak-tahuan merajalela Mengapa kepalsuan menang, sebaliknya kebenaran dan keadilan gagal Saya menganggap, padangan tentang "mahadewa" adalah Ketakadilah yang membuat dunia yang diatur keliru."
Demikianlah pandangan Buddhis
tentang Tuhan sudah jelas dan tidak ada yang namanya Lao Mu sebagai Tuhan
ataupun mahadewa. Sajak-sajak di atas jelas lebih dekat pada Kr*st*n daripada
Buddhisme. Oleh sebab itu jelas sekali Yi Guan Tao bukanlah Buddhis.
C. KESIMPULAN.
Sebenarnya masih banyak kesalahan
ajaran Yi Guan Tao ditinjau dari sudut pandang Buddhisme, namun karena
terbatasnya waktu akan dibatasi sampai di sini saja, karena hal-hal yang
dipaparkan di atas sudah cukup jelas membuktikan perbedaan doktrin yang
menyolok antara Buddhisme yang sejati dengan Yi Guan Tao. Yang kita perlu tahu
hanya satu hal: YI GUAN TAO BUKAN
BUDDHIS dan banyak ajarannya yang bertentangan dengan Buddhisme yang sejati.
Bagi Umat Yi Guan Tao saran saya
belajarlah Buddhisme yang sejati, agar pintu penerangan sempurna terbuka bagi
kalian. Marilah kembali ke pangkuan Buddha Dharma yang sejati.
sumber
DAFTAR PUSTAKA
Mizuno, Kogen: Buddhist Sutras, Origin, Development,
Transmission, Kosei Publishing, Tokyo, 1995.
Dharma Pitaka
Dharma Pitaka
Walshe, Maurice: The Long Discourses of the Buddha,
A Translation ofthe Digha Nikaya, Wisdom Publication, 1995.
Paludan, Ann: Chronicle of The Chinese Emperors,
Thames & Hudson,1999.
****************
Sebagaimana ia mengajari orang lain, demikianlah hendaknya ia berbuat. Setelah ia dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan baik, hendaklah ia melatih orang lain. Sesungguhnya amat sukar untuk mengendalikan diri sendiri.
****************
Sebagaimana ia mengajari orang lain, demikianlah hendaknya ia berbuat. Setelah ia dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan baik, hendaklah ia melatih orang lain. Sesungguhnya amat sukar untuk mengendalikan diri sendiri.
(DHAMMAPADA,
syair 159)
Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan, oleh diri sendiri pula seseorang menjadi suci. Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri. Tak seorangpun yang dapat mensucikan orang lain.
Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan, oleh diri sendiri pula seseorang menjadi suci. Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri. Tak seorangpun yang dapat mensucikan orang lain.
(DHAMMAPADA,
syair 165)
Lihat Selengkapnya
Kayaknya mending mengurusi batin masing-masing daripada mencela aliran-aliran dalam agama Buddha sendiri. Karma buruk lho terlalu banyak membanding-bandingkan, padahal diri sendiri pun belum tentu sudah selamat
BalasHapus
BalasHapushttps://dhammacitta.org/pustaka/ebook/lain-lain/Bagaimana%20Saya%20Melepaskan%20Diri%20Dari%20Yi%20Kuan%20Tao.pdf
https://chandadhammo.blogspot.co.id/2009/10/buddha-dhamma-dan-aliran-maitreya.html?showComment=1521715970489#c256831346797576210
BalasHapusbagaimana saya melepaskan diri dari yi kuan tao
BalasHapushttps://dhammacitta.org/pustaka/ebook/lain-lain/Bagaimana%20Saya%20Melepaskan%20Diri%20Dari%20Yi%20Kuan%20Tao.pdf
jika ingin terlahir di jaman Buddha Metteyya (Maitreya) =
Buddha Gotama pernah berkata kepada Y.A. Bhikkhu Sariputta, “Tidak semua orang akan melihat tubuh fisik-Ku. Jika mereka bertemu dengan ajaran-Ku, memberikan dana, mematuhi sila, dan melatih meditasi (bhavana). Melalui buah dari perbuatan-perbuatan ini, mereka akan terlahir pada masa Buddha Metteya.”
Kehadiran seorang Buddha di dunia sangatlah sulit untuk ditemui. Sangat penting bagi kita yang belum mencapai tingkat kesucian (Sotapanna, Sakadagami, Anagami, Arahat) apa pun saat ini untuk berjumpa dengan Buddha Metteya karena Beliau merupakan Buddha terakhir pada kappa sekarang.(saat ini terlahir sbg manusia, berusahalah untuk mencapai (minimal) tingkat Sotapanna agar tidak terjatuh ke alam rendah yg mengakibatkan semakin jauh perjalanan menuju jaman Buddha Metteyya.
https://indonesianbuddhistsociety.wordpress.com/2010/01/26/metteya-buddha-yang-akan-datang/