Hendaknya seseorang seperti Batu Karang
Yang tak tergoyahkan oleh badai ombak yang menerjang,
Demikian juga sebaliknya, seseorang haruslah tetap tegar dan tenang
Didalam mengahadapi fenomena yang terjadi dalam kehidupan.
“Pandita Vagga; Bab VI syair 81”
Didalam salah satu buku karangan “Napoleon Hill
yg berjudul; Think and grow rich” diungkapkan bahwa “Andalah
Kapten Jiwa dan Penentu Nasih Anda, Anda adalah Nahkoda Kapal anda sendiri,
kemana arah tujuan kapal Anda maka anda sendiri pula yang menentukannya”
. Demikian juga halnya didalam kehidupan saat ini, apapun yang dilakukan maka
itulah yang menentukan baik buruknya kehidupan yang anda jalani. Tetapi
meskipun demikian terkadang harapan dan keinginan tidaklah selalu sesuai dengan
kenyataan, walaupun segenap usaha dan upaya telah dilakukan. Itulah yang
namanya kehidupan selalu mempunyai teka – teki yang sangat membingungkan dan
sangat susah untuk dipecahkan.
Walaupun seseorang berbeda latar belakang, suku & budaya,
tetapi ada satu kesamaan yang tidak akan pernah membedakan diantara mereka,
yaitu akan hal pengharapan tercapainya kehidupan yang bahagia didalam
kehidupannya. Seseorang lebih cenderung berharap sesuatu yang menyenangkan
ketimbang hal yang menyusahkan, ini sudah menjadi bagian sifat umum manusia
dunia fana ini (Lokiya), maka sudah tentu itu tidak mengherankan lagi jika
seseorang atau anda sendiri mempunyai keinginan yang sama.
Pepatah lama mengatakan “Tak ada Gading yang tak retak, Air
tak selamanya tenang, terkadang akan timbul suatu gelombang, karena hidup tidak
ada yang sempurna, segala hal pasti akan mengalami perubahan”. inilah satu hal
yang terkadang dilupakan oleh mereka. Mereka tidak menyadari sebenarnya dibalik
kebahagiaan juga terdapat penderitaan, sehingga itulah yang menjadikan suatu
bomerang seseorang semakin terpuruk dan terjebak kedalam lobang penderitaan
yang mendalam.
Didalam Buddhasasana atau ajaran Sang Buddha, beliau selalu
menekankan bahwa seseorang harus selalu tetap waspada dan selalu mempunyai S3
yaitu “Sadar Setiap Saat”, mengapa demikian…???, tujuannya adalah agar segala
bentuk Fenomena – fenomena yang yang muncul/ yang terjadi didalam kehidupan akan
dapat dan mampu teratasi (Dp. Bab II, Ayat 21; Appamada Vagga).
Kemudian Beliau juga menjelaskan tentang 8 kondisi didalam kehidupan manusia
(Lokiya – yang masih terbelenggu oleh Lobha, Dosa & Moha) yang mana kondisi
ini tak akan pernah berakhir/ terhenti sebelum tercapainya pembebasan
(Nibbana).
Delapan Kondisi tersebut yaitu :
·
Lobha : Mendapatkan Keuntungan
·
Alobha : Mengalami Kerugian
·
Yaso : Mendapatkan kedudukan/ Kejayaan/
Kesuksesan
·
Ayaso : Tidak medapatkan kedudukan/
Keruntuhan/ Kegagalan
·
Ninda : Dicela, dihina, difitnah
·
Pasamsa : Dipuji, dihormati, disegani
·
Sukkha : Merasakan Kebahagiaan & Kesenangan
·
Dukkha : Merasakan Penderitaan & kesusahan
(Atthaloka
Dhamma – A.N VIII; 2)
Delapan kondisi inilah yang selalu mengkafer setiap kehidupan
manusia, bahkan kedelapan kondisi inilah yang sebenarnya dapat menciptakan
sebuah kebahagiaan dan penderitaan seseorang. Mungkin jika yang terjadi sesuatu
yang membahagiakan dan menyenangkan seseorang tentu tidak akan pernah
mempermasalahkan, akan tetapi jika yang terjadi adalah sesuatu kurang
menyenangkan/ penderitaan maka itu akan menjadi sebuah masalah besar bagi kehidupannya.
Tak heran banyak sekali fenomena ini memberikan dampak dan pengaruh yang besar
bagi kehidupan manusia.
Untuk itu apa yang harus dilakukan, jika kondisi itu nanti terjadi
atau mungkin justru sedang dialami…???, Apakah harus lari dan bersembunyi… atau
tetap menghadapi dan terus menjalaninya…???
Pepatah Buddhis mengatakan “Appamadena Sampadetha”
Seyogiyanya seseorang harus berani dan selalu berjuang dengan sungguh – sungguh
didalam menggapai jalan pembebasan. Salah satu kunci yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hal ini adalah “YA SUDAHLAH…TERIMALAH, BERSABARLAH, SADARILAH
& RENUNGKANLAH”. Karena ketika seseorang mau Menerima dengan
sepenuh hati, kemudian selalu berusaha Bersabar dan selalu Menyadari setiap
kondisi yang terjadi serta selalu Merenungkan apa yang sudah terlewati atau
yang mungkin masih dialami, maka bukan tidak mungkin beban itu tidak akan mampu
dilewati. Semakin menolaknya, semakin tidak menerimanya dan semakin membencinya
justru hanya akan menjadi sebuah beban dan tekanan itu semakin berat sehingga keterpurukan,
ketakutan, kecemasan, bahkan bisa mengakibatkan stressss dan depresi berat akan
melanda dikehidupan anda. Cobalah
beberapa tips sederhana ini dikembangkan didalam kehidupan sehari – hari anda,
selebihnya biarkan proses sang waktu yang menjawabnya. Janganlah anda
berpikiran sempit kalau semua itu tidak akan mampu terlewati, rubahlah pola
pikir anda.
Bukankah Sang Buddha sudah mengajarkan kita bahwa segala
kondisi apapun didunia ini juga akan selalu mengalami perubahan (Anicca), mau
menerima atau tidak menerima itu juga akan tetap akan terjadi, meminta
pertolongan atau perlindungan kepada orang lain/ makhluk lain juga tidak akan
pernah bisa. Untuk itu biarkan kondisi tersebut terjadi sebagaimana adanya.
Ingatlah dan yakinlah semua itu pasti akan berubah dan berlalu, tidak ada yang
abadi “Seperti halnya sebuah musim dingin, yang tak akan lama juga berganti
menjadi musim semi”.
Tetaplah tenang dan tegar, hadapilah itu semua dengan penuh
suka cita dan canda tawa. Hendaknya inilah yang perlu diperhatikan didalam
setiap langkah kehidupan anda, Kehidupan anda saat ini sama halnya “Sebuah
Buku” mulai dari cover sampul, isi halaman dan hingga akhir halaman semuanya mempunyai
berbeda” tetapi meskipun demikian Buku tersebut menjadikan sebuah susunan yang
menarik dan indah bagi setiap orang yg
membacanya. Kiranya ini yang perlu direnungkan sebagai landasan hidup didalam
jalan Buddha Dhamma, Do the best get the best, Happy Moment Happy in Dhamma.
Sabbe
Satta Bhavantu Sukkhitata…
Dikutip dari Ceramah Dhamma, 14 September 2012
Bhikkhu Aggacitto
Annica
BalasHapusDukkha
Anatha