Pages

19 Sep 2012

Delapan Kondisi Dunia (Atthaloka Dhamma)



Hendaknya seseorang seperti Batu Karang
Yang tak tergoyahkan oleh badai ombak yang menerjang,
Demikian juga sebaliknya, seseorang haruslah tetap tegar dan tenang
Didalam mengahadapi fenomena yang terjadi dalam kehidupan.
“Pandita Vagga; Bab VI syair 81”

Didalam salah satu buku karangan “Napoleon Hill yg berjudul; Think and grow rich” diungkapkan bahwa “Andalah Kapten Jiwa dan Penentu Nasih Anda, Anda adalah Nahkoda Kapal anda sendiri, kemana arah tujuan kapal Anda maka anda sendiri pula yang menentukannya . Demikian juga halnya didalam kehidupan saat ini, apapun yang dilakukan maka itulah yang menentukan baik buruknya kehidupan yang anda jalani. Tetapi meskipun demikian terkadang harapan dan keinginan tidaklah selalu sesuai dengan kenyataan, walaupun segenap usaha dan upaya telah dilakukan. Itulah yang namanya kehidupan selalu mempunyai teka – teki yang sangat membingungkan dan sangat susah untuk dipecahkan.
Walaupun seseorang berbeda latar belakang, suku & budaya, tetapi ada satu kesamaan yang tidak akan pernah membedakan diantara mereka, yaitu akan hal pengharapan tercapainya kehidupan yang bahagia didalam kehidupannya. Seseorang lebih cenderung berharap sesuatu yang menyenangkan ketimbang hal yang menyusahkan, ini sudah menjadi bagian sifat umum manusia dunia fana ini (Lokiya), maka sudah tentu itu tidak mengherankan lagi jika seseorang atau anda sendiri mempunyai keinginan yang sama.
Pepatah lama mengatakan “Tak ada Gading yang tak retak, Air tak selamanya tenang, terkadang akan timbul suatu gelombang, karena hidup tidak ada yang sempurna, segala hal pasti akan mengalami perubahan”. inilah satu hal yang terkadang dilupakan oleh mereka. Mereka tidak menyadari sebenarnya dibalik kebahagiaan juga terdapat penderitaan, sehingga itulah yang menjadikan suatu bomerang seseorang semakin terpuruk dan terjebak kedalam lobang penderitaan yang mendalam.
Didalam Buddhasasana atau ajaran Sang Buddha, beliau selalu menekankan bahwa seseorang harus selalu tetap waspada dan selalu mempunyai S3 yaitu “Sadar Setiap Saat”, mengapa demikian…???, tujuannya adalah agar segala bentuk Fenomena – fenomena yang yang muncul/ yang terjadi didalam kehidupan akan dapat dan mampu teratasi (Dp. Bab II, Ayat 21; Appamada Vagga). Kemudian Beliau juga menjelaskan tentang 8 kondisi didalam kehidupan manusia (Lokiya – yang masih terbelenggu oleh Lobha, Dosa & Moha) yang mana kondisi ini tak akan pernah berakhir/ terhenti sebelum tercapainya pembebasan (Nibbana).

 Delapan Kondisi tersebut yaitu :
·         Lobha        : Mendapatkan Keuntungan
·         Alobha       : Mengalami Kerugian
·         Yaso           : Mendapatkan kedudukan/ Kejayaan/ Kesuksesan
·         Ayaso         : Tidak medapatkan kedudukan/ Keruntuhan/ Kegagalan
·         Ninda         : Dicela, dihina, difitnah
·         Pasamsa    : Dipuji, dihormati, disegani
·         Sukkha       : Merasakan Kebahagiaan & Kesenangan
·         Dukkha      : Merasakan Penderitaan & kesusahan
(Atthaloka Dhamma – A.N VIII; 2)
Delapan kondisi inilah yang selalu mengkafer setiap kehidupan manusia, bahkan kedelapan kondisi inilah yang sebenarnya dapat menciptakan sebuah kebahagiaan dan penderitaan seseorang. Mungkin jika yang terjadi sesuatu yang membahagiakan dan menyenangkan seseorang tentu tidak akan pernah mempermasalahkan, akan tetapi jika yang terjadi adalah sesuatu kurang menyenangkan/ penderitaan maka itu akan menjadi sebuah masalah besar bagi kehidupannya. Tak heran banyak sekali fenomena ini memberikan dampak dan pengaruh yang besar bagi kehidupan manusia.
Untuk itu apa yang harus dilakukan, jika kondisi itu nanti terjadi atau mungkin justru sedang dialami…???, Apakah harus lari dan bersembunyi… atau tetap menghadapi dan terus menjalaninya…???
Pepatah Buddhis mengatakan “Appamadena Sampadetha” Seyogiyanya seseorang harus berani dan selalu berjuang dengan sungguh – sungguh didalam menggapai jalan pembebasan. Salah satu kunci yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah “YA SUDAHLAH…TERIMALAH, BERSABARLAH, SADARILAH & RENUNGKANLAH”. Karena ketika seseorang mau Menerima dengan sepenuh hati, kemudian selalu berusaha Bersabar dan selalu Menyadari setiap kondisi yang terjadi serta selalu Merenungkan apa yang sudah terlewati atau yang mungkin masih dialami, maka bukan tidak mungkin beban itu tidak akan mampu dilewati. Semakin menolaknya, semakin tidak menerimanya dan semakin membencinya justru hanya akan menjadi sebuah beban dan tekanan itu semakin berat sehingga keterpurukan, ketakutan, kecemasan, bahkan bisa mengakibatkan stressss dan depresi berat akan melanda dikehidupan anda.  Cobalah beberapa tips sederhana ini dikembangkan didalam kehidupan sehari – hari anda, selebihnya biarkan proses sang waktu yang menjawabnya. Janganlah anda berpikiran sempit kalau semua itu tidak akan mampu terlewati, rubahlah pola pikir anda.
Bukankah Sang Buddha sudah mengajarkan kita bahwa segala kondisi apapun didunia ini juga akan selalu mengalami perubahan (Anicca), mau menerima atau tidak menerima itu juga akan tetap akan terjadi, meminta pertolongan atau perlindungan kepada orang lain/ makhluk lain juga tidak akan pernah bisa. Untuk itu biarkan kondisi tersebut terjadi sebagaimana adanya. Ingatlah dan yakinlah semua itu pasti akan berubah dan berlalu, tidak ada yang abadi “Seperti halnya sebuah musim dingin, yang tak akan lama juga berganti menjadi musim semi”.
Tetaplah tenang dan tegar, hadapilah itu semua dengan penuh suka cita dan canda tawa. Hendaknya inilah yang perlu diperhatikan didalam setiap langkah kehidupan anda, Kehidupan anda saat ini sama halnya “Sebuah Buku” mulai dari cover sampul, isi halaman dan hingga akhir halaman semuanya mempunyai berbeda” tetapi meskipun demikian Buku tersebut menjadikan sebuah susunan yang menarik dan indah  bagi setiap orang yg membacanya. Kiranya ini yang perlu direnungkan sebagai landasan hidup didalam jalan Buddha Dhamma, Do the best get the best, Happy Moment Happy in Dhamma.
Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitata…

Dikutip dari Ceramah Dhamma, 14 September 2012
Bhikkhu Aggacitto 

1 komentar: